Rahasia Penting Aqikah

"Rosul SAW bersabda : Seorang anak tertahan hingga ia di akikahi, (yaitu) yang disembelih pada hari ketujuh kelahirannya, dan diberi nama pada hari itu. HR. Tirmidzi"

Saya lebih tertarik untuk mengupas kata yang bercetak tebal diatas dan mungkin dari sebab itulah akikah sangat dianjurkan. Meskipun ada hikmah lain namun penempatan kalimat itu pada awal hadits agaknya punya makna tersendiri.


Pembahasan  pada umumnya adalah penekanan Akikah sebagai sarana untuk menebus hutang  atas karunia berupa kelahiran seorang anak. Lebih gampangnya anak yang baru lahir secara agama belum sepenuhnya menjadi milik orang tua sebelum dilaksanakannya Akikah.

Yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah adakah perbedaan manfaat antara anak yang ditebus dan tidak sama sekali?

Ada hadits Nabi yang sangat populer menyatakan:
“ Apabila anak adam telah meninggal dunia, maka terputuslah segala amal ibadahnya kecuali tiga perkara, pertama adalah ilmu yang bermanfaat, yang kedua adalah shodaqoh jariyah dan yang ketiga adalah anak sholeh yang mendoakan kedua orangtuanya”

Nah disinilah peran akikah berjalan, ketika orang tua sudah meninggal mereka hanya akan menantikan manfaat dari ketiga perkara tersebut.

Jika kita sebagai orang yang berpengetahuan biasa-biasa saja, mengandalkan ilmu yang bermanfaat tentu susah, wong bermanfaat bagi diri sendiri juga belum tentu apalagi buat orang lain.
Mengandalkan shodaqoh Jariyah, bisa saja kalau kita punya materi berlimpah dan mengetahui ilmunya. Nah jika kita hidup pas-pasan?

Harapan yang terahir adalah doa anak yang sholeh. Yang terahir ini juga  belum bisa memberikan manfaat kepada kita selaku orangtua, jika statusnya saja masih pinjaman atau barang yang belum ditebus.

Gambaran sederhana, kita menempati rumah kontrakan kemudian si pemilik rumah meminjamkan benda kepunyaannya untuk kita ambil manfaatnya. Disaat kita masih menempati kontrakan itu bolehlah kita menggunakan sepuasnya, namun jika kita sudah meninggalkan tempat itu, apakah masih bisa kita mengambil manfaat benda tersebut?

Dari hubungan kedua hadits diatas bolehlah kita membayangkan dengan imajinasi, suatu ketika di padang maksyar dimana orang-orang sibuk memikirkan nasib mereka sendiri-sendiri, kita bengong memikirkan apakah nanti selamat atau sekarat. Tiba-tiba terlintas bayangan kita mempunyai anak yang kebetulan sholeh, dan setelah ditanyakan kepada petugas ternyata benar bahwa sifulan adalah orang sholeh.

Kita yang saat itu tengah membutuhkan pertolongan dari anak yang menjadi harapan satu-satunya kemudian minta di pertemukan dan ketika bertemu, petugas kemudian meminta bukti bahwa sifulan adalah memang benar-benar anak kita.

Karena dulu kita belum sempat menebus dengan akikah, pasti kita kebingungan dong? Mau nyari dimana itu kambing? Emang disono ada yang jualan kambing?

Nah… begitulah kira-kira, maka himbauan bagi para orang tua, sempatkanlah walaupun berat karena manfaatnya juga buat kita.

Dan bagi yang dulu waktu kecil belum sempat di akikahi, berakikah untuk diri kita  dengan kemampuan sendiri agar bisa meringankan orangtua. Siapa tahu kelak kita bisa meringankan beban orangtua kita di ahirat.


Wallahu a’lam.

Postingan terkait: