Ikhlas keblinger




Senja telah berlalu menutup hari itu dengan rona memerah layaknya pipi gadis yang menatap malu dibalik tirai. Adzan maghrib saling bersahut-sahutan laksana simfoni alam yang menenangkan gelisahnya hati.

Sehabis sholat maghrib saya langsung ngacir ke tempat mas muji, ngopi bareng sambil curhat-curhatan seperti biasanya. Cuaca  sore itu memang cukup bersahabat untuk ngopi-ngopi setelah seharian bergelut dengan endhut di sawah.



Dari kejauhan sekelebat bayangan melesat dengan cepat dan tampak menuju ke tempat dimana kami duduk.

“salamu alaikuuumm…..” terdengar suara dari balik pintu

“wa’alaikum salaam….” Sahut kami.

Rupanya kang dasuki yang datang, dengan muka kusut, surem kaya lagi menahan beban namun matanya memperlihatkan suasana hati yang lagi dongkol.

Dilemparkanlah sebungkus rokok yang digenggamnya di atas meja dimana kopi disuguhkan, sambil ngoceh-ngoceh,

“ampun ah… ngadepin warga emang harus  extra sabar yah..?” gerutu kang dasuki

“ ada apa kang.. roman mukanya ko kaya pengin makan orang?” candaku

Mas Muji cuma senyam senyum sendiri melihat tingkah kang dasuki. Kang Dasuki memang orangnya unik, tubuhnya gempal namun lincah. Emosinya serbah extra, jika lagi meradang tingkahnya kadang over, jika lagi semangat pun tingkahnya bak motivator ulung.

“Warga kadang ada saja yang aneh, sudah saya bantu dengan ikhlas tetep saja menyangka yang aneh-aneh…” kata kang Dasuki

“ya.. namanya pikiran orang beda-beda kang…” jawabku

“apa iya…? Mbok ya mereka coba menghargai semangatku dalam membantu, ngga di bayar lagi..”jawab kang Dasuki

Mas Muji yang sedari tadi cengengesan mulai menunjukkan jurusnya.

“ berarti ngga ikhlas itu kang?” sergah kang Muji

“ aku ikhlas banget lho… lilahi ta’ala..” jawab kang Dasuki

“ menurut saya sih itu namanya hawa nafsu..?”

“lha.. kok bisa ..??” Tanya kang Dasuki

“ya.. sekarang niat awal kang dasuki apa..?” Tanya balik mas Muji,

“Lilahi ta’ala dong…” jawab kang dasuki,

“ berarti ngga berharap apapun kecuali pahala dari tuhan, termasuk tidak berharap nantinya akan dihargai oleh manusia ataupun merelakan jika nanti dicaci mereka kan..?” kata mas Muji

“ Maksudnya saya ngga ngeh…” kata kang Dasuki

“ Gini lho… kalau dari awal niatnya ikhlas, ya harus ikhlas juga nerima hasilnya apapun itu. Apakah mau di puji ataupun di maki. Karena hakikat ikhlas adalah hanya tuhan dan pelakunya sendiri yang tahu.” Jelas mas Muji,

“ Jika kita merasa kecewa ketika melihat respon warga yang tidak menghargai akan jerih payah usaha kita, itu namanya kita masih mengharapkan pujian dari manusia, biarlah tuhan yang menghargai usaha kita “ tambah mas Muji

“ makanya kang dasuki kalo lagi semangat jangan terlalu over…?” candaku

“ Perbedaan antara ikhlas dan nafsu hanyalah setebal kulit bawang, karena itu pahamilah betul apakah ikhlas yang kau raih ataukah nafsu yang kau rengkuh “ tutup mas Muji


Kang Dasuki pun cengar cengir mendapatkan penjelasan tersebut. 

Brebes, 30 September 2016

Postingan terkait: