syeh siti jenar dan pergolakan

Dalam sejarah perkembangan penyebaran islam di Nusantara sosok yang satu ini tidak bisa dianggap remeh. Tokoh yang terkenal dengan ajaran Manunggaling Kawula marang Gusti. Ajaran dan perilakunya memporakporandakan tatanan social yang cenderung menganak emaskan keturunan raja dan bangsawan.

Disisi lain adanya kekhawatiran atas dampak ajaran sang wali yang dianggap terlalu premature jika di ajarkan pada khalayak umum. Terlebih pada masyarakat awam yang baru mengenal islam bahkan belum faham betul dengan syariat. Namun yang sangat di sayangkan kemudian adalah bagaimana bisa cerita hidup sang wali harus di biaskan sedemikian rupa, bahkan sampai harus menyerupakan orang yang “suci” dengan hewan yang “najis” seperti anjing.

Berikut ini adalah sekelumit fakta sejarah yang melatarbelakangi pergolakan atas sejarah ajarannya :

Syekh siti jenar tidak wafat di eksekusi

 “saya meneliti sejarah syekh siti jenar dari sekitar 300 pustaka kuno yang tidak ada di perustakaan, ternyata persepsi tentang syeh siti jenar seperti selama ini tidak benar” kata KH. Agus Sunyoto, ketua LESBUMI NU.

Beliau mengungkapkan itu dalam acara bedah buku “ susuk Maulana sungsang” karyanya tersebut.  Menurut beliau, syekh siti jenar tetap menjalankan syariat islam dan tidak mengajarkan “ sasahidan” atau ajaran sesat yang di ceritakan kebanyakan orang selama ini.

Bahkan pandangan bahwa Syekh Siti Jenar itu mampu mengubah diri seperti cacing atau anjing dibantah, karena pandangan seperti itu sama halnya dengan rekayasa untuk memojokkan seorang wali. Dan masih banyak bantahan yang di terangkan dalam buku karya beliau tersebut.

Dalam hal tauhid, Syekh Siti Jenar tidak menganggap dirinya tuhan. Ajaran Manunggaling Kawula marang Gusti merujuk pada ayat-ayat alqur’an yang sejatinya menunjukkan bahwa tuhan tidak membutuhkan ruang dan waktu. Tuhan selalu ada disetiap ruang kosong.

Berwal dari perlawanan 

Nama aslinya Abdul Jalil, ada yang menyebut Sayyid Hasan Ali Al husaini. lahir di Persia ( Iran ). Lahir pada tahun 1404 M dan wafat pada tahun 1517 M. ( lihat Wikipedia )

Fakta yang ditemukan adalah syeh diti jenar merupakan tokoh tasawuf yang mengamalkan thoriqoh akmaliyah dan thoriqoh syathoriyah.

Thoriqoh akmaliyah merupakan tingkatan thoriqoh yang tidak sembarangan di ajarkan kepada halayak umum berbeda dengan thoriqoh syathoriyah yang mengajarkan ahlak sosial dan menekankan pentingnya syari’at sebagai dasar suluk kepada tuhan. Pada masa tersebut wali songo khawatir dengan pola pengajaran thoriqoh akmaliyah di tempat terbuka.

Namun bukan hal saja yang membuat syekh siti jenar menjadi buronan. Syekh siti jenar paling anti terhadap diskriminasi antara kawula dan Gusti. Dimana rakyat jelata di namakan kawula dan raja adalah gusti.

Hal itu sangat bertentangan dengan ajaran syeh siti jenar. Dimata tuhan semua mahluk sama kedudukannya. Dimata Syekh Siti Jenar pengikutnya bukan kawulo tapi lebih suka memakai bahasa ingsun. Beliau sangat menentang kebiasaan kawula yang harus menyembah jika bertemu raja.

Rupanya hal inilah yang membuat berang raja-raja yang berkuasa di wilayah jawa pada saat itu. Para raja dan Sultan menganggap pandangan itu dinilai merubah tatanan sosial yang berlaku di masa itu. Syekh siti jenar banyak membuka pengajian di berbagai wilayah di desa lemah abang, karawang, banyuwangi dan sekitarnya.

Bentuk perlawanan itulah yang membuat kehadirannya kontroversial, di satu sisi ada walisongo yang khawatir dengan dampak aqidah di masyarakat, disisi lain para bangsawan terusik dari segala fasilitas kemawahannya.

Syekh siti jenar dianggap sebagai pembelot dan dianggap dapat menyebabkan pergolakan masyarakat bawah terhadap kekuasaan kerajaan. Sehingga dengan dalih tersebut diatur lah intrik politik untuk menyingkirkan pengaruh sang syekh tersebut.

Lantas siapakah yang mengarang cerita syekh siti jenar menjadi anjing setelah di eksekusi wali songo?

 “ sejarah akan berbelok ketempat dimana tangan kekuasan menunjuk”

Agaknya intrik politik para bangsawan kerajaan sangat mempengarui jalan cerita sang wali ini di kemudian hari.

Sumber:

Postingan terkait: