Sebuah perahu kecil mengantarkan Pengunjung mangrove pandansari, kalilingi Brebes |
Februari 2018, wilayah Brebes dan sekitarnya lagi sering-seringnya diguyur hujan. Maklum, sesuai siklus tahunan memang bulan februari adalah puncak musim hujan. Sehingga siapapun malas keluar untuk sekedar jalan-jalan.
" pak.. ayo kita ke hutan mangrove yu.." ajak anak dan istri saya,
" lah wong katanya lagi rob je..?" Sanggah saya
" yaahhhhh...." sahut mereka
Minggu 11 februari 2018, ndilalah suasana begitu bersahabat. Ngga bersahabat bagaimana wong mentari bersinar cerah, lagit bersih polos, pokoknya top bangetlah sesuai dengan harapan semua orang di hari libur. Tanpa dikomando, istri dan anak saya langsung saja menagih janji, apalagi kalau bukan ke mangrove.
Pokoe MANGROVE !!!
Yah... baiklah. Setelah semua siap dan beres, mulailah perjalanan kami ini. Jujur saja walaupun aseli orang Brebes tapi baru kali ini nengokin pariwisata hutan mangrove yang lagi buming-bumingnya. Kebangetan kan...
Setelah selap selip di jalan pantura Brebes yang penuh dengan truk kontainer dan tidak kalah juga bus-bus AKAP, tidak jauh dari Rumah Sakit Bhakti Asih dari arah alun-alun Brebes kami ambil belokan kanan.
Gapura menuju ke desa sawojajar yang disambut dengan deretan delman yang menunggu muatan. Tidak jauh dari situ, aroma khas kota Brebes sangat terasa disini. Yah... bau bawang merah !! Sumpah dikota manapun nggak ada!
Dari Gapura tersebut perjalanan masih cukup jauh, melewati persawahan, beberapa desa dan beberapa gapura pintu masuk desa tentunya. Jangan hawatir nyasar, sepanjang jalan ada kok papan penunjuk untuk menuju hutan mangrove pandan sari itu.
Tempat hutan mangrove sudah dekat ketika kami melewati jalan yang di kanan kirinya terdapat balongan. Bau yang khas seperti bau rumput laut yang dijemur sebagai penandanya.
Dan sampailah kami di tempat wisata itu. Wuiiih... rame banget soddara..?? Apa mungkin karena pas hari minggu saya juga ngga tau. Dua lembar tiket saya tebus hanya dengan 40.000 rupiah. Beruntung anak saya masih balita jadi di diskon. Alhamdulilah yah...
BACA JUGA : Taman Edukasi Brebes
Setelah urusan tiket kelar, kami diarahkan oleh petugas wisata untuk menaiki perahu motor tempel. Sumpah saya baru tau, untuk menuju hutan mangrove harus naik perahu segala. Woo pantesan tiketnya agak mahal juga, wong sekalian buat mbayar naik perahu pulang pergi juga, kataku dalam batin.
Mesin perahu pun nggower-nggower membawa kami dan pengunjung lainnya menuju hutan mangrove. Sesekali kami berpapasan dengan pengunjung yang mau balik. Dan disinilah sensasi goyangan perahu tempel yang agak mendebarkan. Bagi yang udah biasa mah biasa aja, tapi jujur saya atuut...
Kami pun tiba di dermaga pintu masuk hutan mangrove. Waoow... sungguh indah kataku dalam batin. Kalau hutan di pegunungan saya sudah biasa melihat, tapi ini dipinggir laut. Hutan yang lebat dan asri.
Begitu kami masuk sudah disambut oleh kicauan burung woodpacker yang nyaring. Siuk-siuk angin menghilangkan sedikit ketegangan ketika terombang-ambing bersama perahu tempel tadi.
trek menuju lorong hutan mangrove |
Satu kata saja sobat tonapedia, INDAH !!
Mengelilingi trek yang menyerupai jembatan dengan material kayu ulin yang kokoh bagaikan terbawa kedunia antah berantah. Pas kebetulan hari itu ada rombongan pemusik yang melantunkan tembang kenangan, menambah top suasana siang di hutan mangrove itu.
kalau panjenengan berkunjung kesini jangan lupa juga untuk menaiki menara teropong. Disini bisa melihat hamparan hutan hijau dikelilingi birunya cinta eh laut. Anda juga bisa sesekali mendengarkan banyolan petugas dengan dialek has Brebes, seperti :
"Bapak-bapak itu anaknya dipegangin jangan sampai mbregojol..?"
Apa itu mbregojol?
Mengunjungi hutan mangrove sekali tidak akan pernah puas, apa daya hari terasa cepat sehingga kamipun memutuskan untuk menyudahi jalan-jalan di hutan mangrove pandan sari.